Ketulusan Seorang Sahabat
Di sela-sela hari bahagia
Tawa canda ria bersamamu
Melupakan segala kesedihan
Membuang jauh-jauh rasa duka
Sehingga semuanya tampak
Terang benderang
Dan kegelapan sirna
Kepadamu aku mengadu
Betapa gundahnya diri ini
Kesabaranmu sungguh luar biasa
Mendengarkan keluh kesah
Nasihatmu sangat bijaksana
Untuk menoleh ke dalam sejenak
Agar supaya mawas diri
Sinar matamu berbinar-binar
Bagiku bagaikan sebuah harapan
Dan langkahku pun makin pasti
Menjalani kehidupan ini dengan penuh keyakinan
Menghapus semua kerisauan yang tak perlu
Dirimu tuturkan petuah kebajikan
Kata-katamu lemah lembut
Sejuk terasa di dada
Nada ketulusan tergambar pada ucapanmu
Bukan lain di bibir lain di hati
Seperti orang-orang yang bermaksud jahat
Kau seumpama secercah cahaya
Di kegelapan yang selalu menghantui
I Wayan Budiartawan
Alumni SMP Negeri Rendang, Karangasem-Bali
Teman Sepermainan Masa Kecil
Di mana kau sekarang ?
Aku rindu padamu
Dulu kita selalu bersuka cita
Berenang di sungai sepuas-puasnya
Sampai matahari ke peraduannya
Di ufuk barat saat sore hendak
Berganti malam yang gulita
Masih ingatkah dirimu ?
Akan kenangan kita semasa kecil
Bermain-main di sawah di desa
Sambil menggembala sapi
Suara-suara jengkerik
Amat merdu di telinga
Alam yang masih perawan
Tidakkah dirimu terusik ?
Riak-riak air di mana-mana
Sangat abadi sampai ini
Dan ikan-ikan menyukai
Telaga yang bening
Mengapung-ngapung di atas kolam
Gelembung pun beriring-iringan
Buih-buih menghempas ke pinggir
Bagaimana keadaanmu sekarang ?
Burung-burung setiap pagi berkicau
Bertengger di dahan-dahan kayu
Menyambut datangnya hari
Roda kehidupan pun berputar lagi
Seperti kemarin-kemarin
Kita berdoa semoga tidak ada aral melintang
I Wayan Budiartawan
Alumni SMA Negeri 2 Denpasar, Bali
Kawan Seperjalanan Menempuh Hidup
Beban derita di pundak teramat berat
Dirimu membuat segalanya makin mudah
Tidak ada lagi rintangan dan hambatan
Kau singkirkan onak dan duri
Halangan bagi setiap itikad kejujuran
Kau tunjukkan arah yang tepat
Dan aku ikuti jejak-jejak itu
Di setiap zaman ada peradaban baru
Bagaikan bayi lahir belum bisa berjalan
Perlu dituntun supaya cakap
Begitu pun generasi kini dan mendatang
Mesti bercermin ke masa lalu
Kau beranikan diriku bangkit dari keterpurukan
Berdiri tegak dengan dada membusung
.
Kauperlihatkan celah-celah kesempatan
Untuk mengindari kesulitan yang menghadang
Aku bersemangat lagi
Berusaha sekuat tenaga
Sampai tujuan tercapai
Dan cita-cita kuraih
Kau menemani aku menempuh kehidupan ini
Tanganmu terulur memberikan bantuan
Kau sahabat sejati dalam batin ini
Titik-titik embun menetes di daun-daun
Demikianlah dirimu menolong dengan suka rela
Seperti oase di padang pasir
Bagi musafir yang lewat
Dirimu amat mulia, sahabatku !
I Wayan Budiartawan
Alumni ITB, Bandung-Jawa Barat