TEHERAN (Lensa Kabar) – Iran mengumumkan akan menggelar perundingan nuklir dengan Rusia dan China pada Selasa (22/7).
Menurut Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, pertemuan itu akan membahas program nuklir Teheran.
“Perundingan ini juga akan fokus pada ancaman Inggris, Prancis, dan Jerman yang ingin menerapkan kembali sanksi PBB,” ujarnya di Teheran, dilansir dari Al Jazeera, Senin (21/7).
Baghaei mengatakan negara-negara Eropa akan menggelar pertemuan terpisah dengan Iran akhir pekan ini.
Ia menjelaskan bahwa Rusia dan China masih menjadi bagian dari kesepakatan nuklir 2015 dan punya pengaruh besar di Dewan Keamanan PBB.
“Kami telah melakukan konsultasi yang baik dengan kedua negara mengenai potensi pemberlakuan kembali sanksi tersebut,” katanya.
Menurutnya, tidak ada dasar hukum atau logis untuk menerapkan kembali sanksi yang sebelumnya telah dicabut.
Baghaei juga menegaskan bahwa Iran tidak memiliki rencana untuk berunding dengan Amerika Serikat dalam waktu dekat.
Ia mengonfirmasi bahwa akan ada pertemuan wakil menteri luar negeri antara Iran, Inggris, Prancis, dan Jerman di Istanbul pada hari Jumat.
Salah satu ganjalan utama dalam diplomasi ini adalah keputusan Iran menghentikan kerja sama dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
Teheran menuding IAEA membuat laporan bias yang dipakai Israel sebagai dalih untuk menyerang Iran selama 12 hari.
Serangan itu terjadi setelah negosiasi antara Iran dan AS terkait nuklir menemui jalan buntu.
AS meminta Iran sepenuhnya menghentikan pengayaan uranium, namun Iran menolak permintaan tersebut.
Iran menegaskan pengayaan uranium hanya digunakan untuk mendukung sektor energi sipil, bukan membuat senjata nuklir.
Baik Rusia maupun China menilai krisis nuklir Iran hanya bisa diselesaikan lewat cara politik dan diplomatik.